Selasa, 12 Maret 2024

“SEBUAH LEGACY IDEOLOGIS”

RUBRIK OPINI
“SEBUAH LEGACY IDEOLOGIS”
Oleh Bung Dandy Aula Rachman
Kader DPK GMNI FAI-PSIKOLOGI
Universitas Yudharta Pasuruan

Soekarno, atau Bung Karno, merupakan tokoh yang tidak hanya berperan penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah, tetapi juga dalam memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan kaum Marhaen. Kaum Marhaen, istilah yang dicetuskan oleh Bung Karno, merujuk pada rakyat jelata yang bekerja keras di ladang, pabrik, dan sektor informal lainnya untuk kehidupan yang lebih baik. Perjuangan ideologis Bung Karno terhadap kaum Marhaen adalah cerminan dari komitmen dan kepedulian beliau terhadap kesetaraan dan kesadaran kelas sosial dan ekonomi.

Marhaenisme merupakan salah satu warisan ideologis Bung Karno yang masih terasa relevansinya hingga saat ini. Sebagai ideologi yang berakar pada nilai-nilai sosialisme dan keadilan sosial, Marhaenisme mengajarkan tentang pentingnya kesejahteraan rakyat kecil yang diwakili oleh sosok Marhaen, seorang petani kecil yang bekerja di tanahnya sendiri namun tidak memiliki keleluasaan ekonomi. Melalui pemikiran ini, beliau menegaskan pentingnya pemerataan ekonomi dan keadilan sosial dalam dalam pembangunan bangsa. Salah satu keunikan dari Marhaenisme adalah bagaimana ideologi ini mencoba menyatukan konsep-konsep besar dalam konteks lokal Indonesia. Bung Karno menyadari keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi Indonesia, sehingga Marhaenisme tidak hanya menjadi doktrin politik tapi juga filosofi perjuangan yang mendalam. 

Dalam konteks lokal, menawarkan pandangan bahwa pembangunan harus berorientasi pada kebutuhan dan kepentingan rakyat banyak, bukan kebutuhan segelintir orang atau kelompok saja. Pada masa sekarang, relevansi ideologi tersebut dapat dilihat dari berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Ketimpangan ekonomi yang masih terlihat jelas, kesenjangan sosial yang mendalam, dan akses terhadap sumber daya yang tidak merata adalah beberapa masalah yang masih menghantui. Pandangan lain, juga memberikan inspirasi untuk kembali pada prinsip-prinsip keadilan sosial, di mana setiap individu memiliki hak yang sama untuk dapat hidup layak dan berpatisipasi dalam setiap pengambilan kebijakan pemerintah.

Sikap Marhaenisme juga menekankan pentingnya kedaulatan rakyat dalam sistem politik dan ekonomi. Bung Karno percaya bahwa kekuasaan harus berada di tangan rakyat, bukan oligarki atau kelompok kepentingan tertentu. Dalam era globalisasi dan liberalisasi ekonomi saat ini, pesan ini menjadi semakin relevan, di mana rakyat harus diberi ruang yang lebih besar dalam menentukan arah dan kebijakan yang berdampak langsung pada kehidupan mereka. Namun, nilai-nilai perjuangan yang tertuang pada Marhaenisme di era modern juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah bagaimana mengadaptasi nilai-nilai tersebut dalam konteks global yang berubah cepat. Misalnya, dalam konteks ekonomi digital dan revolusi industri 4.0, diperlukan pemikiran kreatif untuk menerapkan prinsip-prinsip Marhaenisme dalam menciptakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Ini membutuhkan inovasi dalam kebijakan publik dan model bisnis yang dapat memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tapi juga dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Di sisi lain, Marhaenisme juga mengajarkan tentang pentingnya memelihara dan mempertahankan identitas nasional di tengah arus globalisasi. Dalam konteks Indonesia yang sangat beragam, hal ini menjadi sangat penting. Menghargai dan melestarikan keberagaman budaya, sambil membangun rasa kebangsaan yang kuat, adalah salah satu cara menerapkan nilai-nilai dalam membangun bangsa yang harmonis. Marhaenisme tetap menjadi legacy ideologis Bung Karno yang relevan dan memberi inspirasi. Dalam menghadapi tantangan global dan domestik saat ini, nilai-nilai yang diajarkan oleh beliau seperti keadilan sosial, kedaulatan rakyat, dan pentingnya identitas nasional menjadi semakin penting untuk diterapkan.

Bung Karno menyadari bahwa kemerdekaan bukan hanya sekedar lepas dari penjajahan, melainkan juga harus diikuti dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi bagi rakyat. Ideologi yang diperjuangkannya, Marhaenisme, mencerminkan pemikiran ini. Marhaenisme dianggap sebagai pandangan harkat dan martabat kaum Marhaen melalui prinsip-prinsip keadilan bernegara. Sejak awal perjuangannya, Bung Karno, juga menempatkan isu agraria sebagai salah satu fokus utama dalam agenda reformasi struktur kelas sosial dan ekonomi. Beliau menyadari bahwa di bawah penjajahan Belanda dan Jepang, tanah dan sumber daya alam di eksploitasi untuk kepentingan kolonial tanpa memperhatikan kesejahteraan rakyat pribumi. Kondisi ini melahirkan ketidakadilan yang mendalam, di mana mayoritas rakyat Indonesia, yang hidup sebagai petani, tidak memiliki hak atas tanah yang mereka garap. Pandangan Bung Karno terhadap konflik agraria tidak bisa di lepaskan dalam konsep cara pandang Marhaenisme, yang beliau ciptakan dan kembangkan.

Dalam konsep Marhaenisme, juga menegaskan pentingnya pemberian hak atas tanah kepada petani yang secara langsung menggarap tanah tersebut. Hal ini adalah kunci untuk mencapai kemerdekaan dan keadilan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika ingin menciptakan masyarakat adil dan makmur, reforma agraria harus dilakukan sebagai bagian dari pembaharuan struktur masyarakat. Bukan hanya tentang redistribusi tanah, tetapi juga tentang pengakuan dan perlindungan hak-hak petani atas tanah. Hal ini mencakup akses terhadap sumber daya, teknologi pertanian, dan pasar untuk hasil produksi mereka. Dengan demikian, reforma agraria dianggap sebagai langkah awal untuk mengatasi ketidakadilan sosial dan ekonomi yang telah berlangsung lama.

“Tanah tidak boleh menjadi alat penghisapan, tanah untuk Tani! Tanah untuk mereka yang betul-betul menggarap tanah!” – Bung Karno

Selain itu, pentingnya pendidikan dan kesadaran politik bagi petani sebagai bagian dari solusi konflik agraria. Di percaya bahwa pemberdayaan petani melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran politik akan membuat mereka lebih mampu memperjuangkan hak-hak mereka dan berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan nasional. Hal ini, pada gilirannya, akan membantu mengurangi ketegangan dari konflik agraria, karena petani tidak hanya diberdayakan secara ekonomi tetapi juga memiliki kekuatan politik untuk memperjuangkan kepentingan mereka.

Namun, perlu kita sadari bersama perjuangan untuk reforma agraria dan pencapaian keadilan bagi rakyat tidak akan mudah. Harus kita akui bersama adanya kekuatan- kekuatan yang memiliki kepentingan untuk mempertahankan kekayaan golongan tertentu termasuk tuan tanah besar, kapitalis, dan unsur-unsur pemerintahan yang korup. Untuk menghadapai tantangan ini, menekankan pentingnya persatuan dan solidaritas di antara rakyat, khususnya antara petani, buruh, dan elemen masyarakat lainnya yang mendukung perubahan kelas sosial dan ekonomi. Konflik agraria bukan sekedar masalah penguasaan fisik atas tanah, tetapi lebih luas lagi adalah tentang perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, keadilan, dan kedaulatan rakyat. Pemberdayaan petani dan perubahan struktural dalam masyarakat adalah bagian dari perjuangan tersebut. Bung Karno berpandangan bahwa tanpa keadilan sosial, kemerdekaan yang dicapai tidak akan memiliki arti yang signifikan bagi mayoritas rakyat Indonesia.

Pentingnya mewarisi semangat perjuangan Bung Karno tidak hanya terletak pada penghargaan terhadap sejarah, tetapi juga dalam konteks pembangunan masa depan. Sebagai negara yang berada dalam tahap berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan politik, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Salah satu nilai utama yang dapat kita ambil dari perjuangannya adalah semangat persatuan dan kebhinekaan. Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa. Mewarisi semangat persatuan Bung Karno berarti menghormati dan merayakan keragaman ini sebagai kekuatan, bukan sebagai kelemahan. Dengan memupuk rasa persatuan dan menghargai perbedaan, kita dapat mebangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Pandangan dan perjuangan Bung Karno akan tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi generasi saat ini dalam menghadapi tantangan serupa dalam konteks yang berbeda. Keadilan untuk kaum Marhaen, dalam hal ini petani dan rakyat kecil, adalah esensi dari perjuangan Bung Karno yang terus bergema hingga hari ini.

“Revolusi Indonesia tanpa land reform adalah sama saja dengan gedung tanpa alas, sama saja dengan pohon tanpa batang, sama saja dengan omong besar tanpa isi.” - Bung Karno